Beranda | Artikel
Kisah Mualaf! Lihat Kakaknya Shalat, Ryo Tinggalkan Geng Motor dan Masuk Islam
Jumat, 22 Februari 2013

KISAH MUALAF! KAKAKNYA SHALAT, RYO TINGGALKAN GENG MOTOR DAN MASUK ISLAM

Hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa datang kapan pun dengan cara apapun. Ryo, seorang mualaf, mungkin tak percaya bahwa berkat kakaknya ia bisa memahami Islam dan akhirnya mengucap kalimat syahadat.

Momen penerimaan hidayah ini pun tidak datang mendadak. Ryo mesti meyakinkan dirinya bahwa ia memang ingin menjadi seorang mualaf dan itu tidak sebentar. Butuh waktu bertahun-tahun sampai akhirnya ia yakin dengan pilihannya.

Berdasar cerita yang dibagikan Ustadz Fariq Gasim Anuz, Ryo dulu sempat jadi anak nakal. Semasa remaja, pria kelahiran Melbourne, Australia ini sempat tergabung dalam geng motor. Ia bergabung dalam kelompok tersebut bersama dengan kakaknya yang usianya tiga tahun lebih tua.

Kenakalan demi kenakalan dilakukan Ryo. Misalnya saja minum-minuman keras, bikin onar di masyarakat, berkelahi, bolos sekolah, tawuran, bahkan sampai mengonsumsi obat terlarang.

Singkat cerita, kakak Ryo bekerja di rumah makan milik seorang muslim asal Mesir. Melihat sang pemilik rumah makan berakhlak mulia, kakak Ryo pun memantapkan hati untuk memeluk Islam.

Kakaknya Ryo sering datang ke rumah orangtuanya dan berulang kali mendakwahi adiknya untuk masuk Islam. Ryo diberinya hadiah berupa buku dan DVD tentang Islam. Kakak Ryo juga sering mengajak  adiknya untuk merenung, untuk apa manusia diciptakan? Apa yang akan terjadi setelah kematian?

Ustadz Fariq menjelaskan, Ryo bercerita bahwa pada awalnya ia tidak suka mendengarkan nasihat-nasihat yang diucapkan kakaknya. Tapi, dengan maksud menghormati sang kakak, Ryo mendengarkan.

Ya, seperti masuk kuping kanan keluar kuping kiri, nasihat yang disampaikan kakak Ryo ‘lewat’ begitu saja. Kondisi ini dia dapati selama enam bulan lamanya dan Ryo belum tertarik masuk Islam.

Titik Terang Mulai Terlihat
Suatu hari, hati Ryo merasa kagum kepada kakaknya yang mampu meninggalkan berbagai kebiasaan buruk. Ryo pun memberanikan diri untuk bertanya apa resepnya? Si kakak pun menjawab, “Shalat resepnya. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.”

Mendengar jawaban itu, Ryo berkomentar dalam hati, “Sesungguhnya agama (Islam) yang dapat mengubah sifat dan kebiasaan buruk kakak pasti merupakan agama yang agung.”

Kakak Ryo berkata lagi kepada adiknya bahwa jika seseorang shalat dengan ikhlas, tuma’ninah, khusyu, dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolongnya dan memberinya kemampuan untuk meninggalkan segala kebiasaan buruk.

Nasehat kakak Ryo tentang manfaat shalat sangat membekas di hati Ryo, tapi Ryo belum mau masuk Islam. Ada pertentangan di batinnya antara mengikuti panggilan fitrah untuk menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala atau mengikuti keinginan hawa nafsu. Ryo masih belum bisa meninggalkan berbagai kebiasaan buruknya selama ini.

Sampai suatu hari Ryo dipukul pemuda dari geng lain, karena kejadian itu Ryo sempat jatuh pingsan. Keesokan harinya, kakaknya yang sangat sayang kepada Ryo mengajaknya masuk kamar di rumah orangtuanya.

Kakak Ryo memperlihatkan dirinya shalat. Melihat itu, Ryo kagum kepada kakaknya yang terlihat khusyu membaca doa berbahasa Arab. Kakak Ryo masih terus tidak berputus asa mengajak adiknya untuk memeluk agama Islam.

Saat itu kakaknya belum mendengar kalau Ryo sempat pingsan dipukul orang. Baru dua hari setelah peristiwa pemukulan atau sehari setelah Ryo melihat kakaknya shalat, kakak Ryo diberitau temannya bahwa Ryo dipukul orang.

Kakak Ryo menemui dan menasehati adiknya. “Jika kamu meninggal dunia saat dipukul, kamu akan menjadi orang yang merugi. Kamu akan mendapatkan siksa kubur dan diazab di neraka jahanam. Allah masih sayang kepadamu. Allah masih beri kesempatan kepadamu untuk bertaubat.”

Rupanya nasihat demi nasihat yang disampaikan kakak Ryo menghasilkan buah yang manis. Ryo pun berpikir, hatinya melembut, dan dia mengucapkan dua kalimat syahadat untuk masuk Islam.

Hijrah Ryo di Jalan Islam
Suatu hari kakak Ryo pergi ke tempat fitnes untuk berolahraga. Ia berkenalan di sana dengan dua pemuda muslim asal Lebanon dan Afganistan warga negara Australia. Kakak Ryo diundang makan oleh sahabat barunya itu dan diperkenalkan dengan komunitas muslim di Melbourne.

Ryo pun diajak kakaknya untuk berkenalan dan aktif di masjid. Ryo dan kakaknya baru pertama kali shalat di masjid, tidak terkira rasa gembira dan haru menyatu di hati kedua mualaf ini.

Ryo mengatakan, “Ukhuwwah Islamiyyah (Persaudaraan Islam) merupakan ciri khas Islam yang tidak dimiliki oleh agama lainnya di dunia ini. Jika kami baru pertama kali berjumpa dengan saudara seiman, kami merasa seperti sudah saling mengenal sejak kecil. Cepat sekali akrab dan masing-masing merasa bahwa saudara seiman merupakan bagian dari anggota keluarga kita.”

Setelah masuk Islam, Ryo meninggalkan sahabat-sahabatnya yang buruk kelakuannya. Teman geng Ryo, orang Vietnam juga masuk Islam. Tapi ia tidak meninggalkan teman-teman buruknya. Akibatnya ia tetap melakukan kebiasaan buruk, tidak bisa lepas dari jeratan dosa yang merusak akal juga kesehatan tubuhnya dan membuat noda-noda hitam di hatinya semakin pekat.

Suatu hari teman Ryo ditangkap polisi dan masuk penjara. Alhamdulillah, penjara menjadikannya dia banyak merenung dan membuatnya jera. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberinya hidayah untuk menjauhi teman-teman buruk setelah keluar dari penjara. Sekarang ia menjadi orang yang istiqamah.

Ryo teringat dengan hadits Qudsi.

عن أبي هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً »

Dari Abu Hurairah –Radhiyallahu anhu-, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman:
Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” [HR. Bukhari dan Muslim]

“Penting bagi semua Muslim untuk bersangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendekatkan diri kepada-Nya, niscaya Allah akan menolong dan memudahkan kita untuk meninggalkan dosa-dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Tidak ada yang sulit bagi Allah asalkan kita terus berdoa, beramal shalih dan memiliki tekad kuat untuk meninggalkan dosa,” pesan Ryo.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam (teladan) bagi orang-orang yang bertakwa“. [Al-Furqan/25:74]

Kehidupan Baru Ryo
Setelah memutuskan hubungan dengan teman-teman yang buruk, Ryo menjalin komunikasi dan bersahabat dengan komunitas Muslim di Melbourne.

Ryo memutuskan untuk segera menikah. Menikah merupakan solusi untuk menjaga kehormatan diri. Ryo menikah pada 2009.

Singkat cerita, istri Ryo berucap, “Tidakkah kamu ingin memperdalam dienul Islam di Madinah?”. Ryo menerima saran istrinya dan segera mengirim berkas pendaftaran. Alhamdulillah Ryo diterima sekolah bahasa Arab di Madinah.

Tiga tahun belajar di Madinah menjadikan Ryo lancar berbicara bahasa Arab, lebih mendalami Islam, dan cukup banyak terkesan dengan akhlak ulama di Madinah.

Pada 2015, Ryo pulang ke Australia selama tiga tahun. Setelah itu Ryo kembali lagi ke Madinah melanjutkan kuliah.

Sekarang Ryo kuliah di jurusan Da’wah dan Ushuluddin. Ryo dikaruniai tiga anak perempuan yang masing-masing bernama Sakinah, Bashirah, dan Lathifah. Anak yang paling kecil, Lathifah ditemani Ryo saat istri dan kedua anaknya belajar Alquran di Masjid Nabawi.

“Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang bersyukur, selektif memilih sahabat yang shalih atau shalihah, rajin menuntut ilmu, rajin beribadah, dan menghiasi jiwa kami dengan akhlak yang mulia,” tutup Ustad Fariq.

Jum’at 20 Desember 2019
Fariq Gasim Anuz


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3528-kisah-mualaf-lihat-kakaknya-shalat-ryo-tinggalkan-geng-motor-dan-masuk-islam.html